1.
Pengertian Diksi
Pengertian
pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh hubungan
kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata
mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga
meliputi fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan (Keraf, 2008: 22-23). Seorang
pengarang ketika menentukan suatu kata dalam menulis, ternyata tidak asal dalam
memilih kata, namun demikian kata yang akan dipilih itu akan diikuti dengan
berbagai hal yang melingkupinya. Hal tersebut menyangkut dimana, kapan, dan
tujuannya apa menggunakan kata tersebut. Semua itu dimaksudkan untuk memberi
corak atau warna agar menarik perhatian pembaca, dengan syarat maksud atau
pesan yang ingin disampaikan pengarang itu bisa tersampaikan.
Gagasan atau ide
yang dituangkan, baik itu dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk lisan
memerlukan kosa kata yang luas, akan tetapi tidak asal memasukan kosa kata yang
dimiliki itu dalam tulisan. Pendapat lain dikemukakan oleh Widyamartaya (1990:
45) yang menjelaskan
bahwa diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca. Diksi atau pilihan kata 9 selalu mengandung ketepatan makna, kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar.
bahwa diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca. Diksi atau pilihan kata 9 selalu mengandung ketepatan makna, kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar.
Keraf (2008: 24)
mengemukakan tiga kesimpulan utama mengenai diksi, yaitu,
a. pemilihan kata atau diksi mencakup
pengertian kata-kata mana yang akan dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan,
bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan
ungkapanungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam
situasi.
b. pilihan kata
atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari
gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat
pendengar.
c. pilihan kata
yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa
kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud
perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki
oleh sebuah bahasa.
Berbeda dengan
pendapat Keraf, Enre (1988: 102) menjelaskan bahwa diksi ialah pilihan kata dan
penggunaan kata secara tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin
dinyatakan dalam pola suatu kalimat. Lebih lanjut, Achmadi (1990: 136)
memberikan definisi diksi adalah seleksi kata-kata untuk mengekspresikan ide
atau gagasan dan perasaan. Mustakim (1994: membedakan antara istilah pemilihan
kata dan pilihan kata. Pemilihan kata adalah proses atau tindakan memilih kata
yang dapat mengungkap gagasan secara tepat, sedangkan pilihan kata adalah hasil
proses atau tindakan tersebut.
Berdasarkan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan diksi adalah
pemilihan kata dan penggunaan kata secara tepat dengan ide atau gagasan untuk
mewakili pikiran dan perasaan yang ingin disampaikan kepada 10 orang lain dan
dinyatakan dalam suatu pola kalimat baik secara lisan maupun secara tertulis
untuk memunculkan fungsi atau efek tersendiri bagi pembaca.
Makna Kata
B. PERGESERAN MAKNA KATA
Makna Kata
Makna adalah
hubungan pertalian antara bentuk dan acuan. Contohnya kata rumah yang berarti
tempat tinggal. Rangkaian bunyi r-u-m-a-h adalah bentuk suatu
kata, sedangkan tempat tinggal adalah sesuatu yang diacu oleh
bentuk kata tersebut.
A. MACAM-MACAM MAKNA
Secara umum,
makna kata dibedakan menjadi:
1. Makna denotasi
Makna
denotasi adalah makna yang sesuai dengan makna yang terdapat dalam kamus.
2. Makna konotasi
Makna
konotasi adalah makna yang didasarkan atas perasaan tertentu atau nilai rasater
tentu disamping makna dasar yang umum.
3. Makna leksikal
Makna
leksikal adalah makna kata sebagai satuan bebas. Makna ini dapat disejajarkan
dengan makna denotasi.
4. Makna gramatikal
Makna
gramatikal adalah makna suatu satuan bahasa yang dimiliki melalui proses
gramatikal.
5. Makna idiomatik
Makna
idiomatik adalah makna yang terdapat pada kelompok kata tertentu yang tidak
dapat ditelusuri asal-usul kemunculannya. Makna ini bersifatkiasan.
Contoh:
keras kepala, yang berarti susah diatur bukan berarti kepala yang keras.
keras kepala, yang berarti susah diatur bukan berarti kepala yang keras.
B. PERGESERAN MAKNA KATA
Pergeseran
Makna Kata adalah perubahan makna suatu kata yang diakibatkan karna perbedaan
kurun waktu pemakaian atau pertukaran tanggapan dari pancaindra yang merespon
kata itu.
Kata manis
akan beda maknanya jika ditanggapi atau direspon oleh indra penglihatan.
Contohnya; wajahmu manis sekali.
C. JENIS-JENIS PERGESERAN MAKNA
1. Meluas
1. Meluas
Makna meluas
yaitu makna kata yang sekarang lebih luas dari makna asalnya Contoh: kata
bapak, makna asalnya adalah orang tua laki-laki, namun sekarang kata ini
berlaku bagi semua orang dewasa laki-laki yang dihormati.
2. Menyempit
Makna
menyempit yaitu makna kata yang sekarang lebih sempit atau terbatas dari makna
asalnya. Contoh; ulama, makna asalnya adalah semua orang yang memiliki pengetahuan
yang luas, tapi sekarang maknanya adalah pemuka agama islam.
3. Peyorasi
Makna
peyorasi adalah makna yang sekarang lebih rendah nilai rasanya dari makna asal.
Contoh: kata abang, dulu kata ini digunakan untuk sebutan kakak laki-laki,
namun sekarang kata ini digunakan untuk orang laki-laki yang berstatus rendah,
seperti abang becak, abang tukang bakso, dll.
4. Ameliorasi
Makna
ameliorasi adalah makna yang sekarang lebih tinggi nilai rasanya dari makna
asal. Contoh: kata istri atau nyonya memiliki nilai lebih tinggi daripada bini.
5. Asosiasi
Makna
asosiasi adalah perubahan makna akibat adanya persamaan sifat. Makna baru hasil
asosiasi ini menunjukan makna kiasan. Contoh; kata kunci bermakna alat
pengancing pintu . Akan tetapi, dalam dunia pengajaran, kunci berarti jawaban
soal-soal yang telah disediakan oleh penbuat soal.
6. Sinestesia
Makna
sinestesi adalah perubahan makna akibat adanya perbedaan tanggapan antara dua
indera yang berbeda. Contoh: Wajahnya manis sekali.
Kata manis sebenarnya untuk indera perasa lidah.
Kata manis sebenarnya untuk indera perasa lidah.
D. PERTALIAN BENTUK KATA
Istilah
bentuk kata mengacu pada tulisan atau ucapan suatu kata. Dalam pemkaian bahasa
sering menjumpai kata-kata, baik lisan ataupun tulisan, yang menunjukan
kesamaan. Pertalian bentuk kata dibedakan manjadi:
1. Homonim
Homonim
adalah dua kata atau lebih yang ejaan atau ucapannya sama, tetapi artinya
berbeda.
Contoh: Santi sedang menanam bunga di halaman (tanah di depan rumah).
Gambar kucing itu terdapat pada halaman dua (muka dari lembaran buku).
Contoh: Santi sedang menanam bunga di halaman (tanah di depan rumah).
Gambar kucing itu terdapat pada halaman dua (muka dari lembaran buku).
2. Homofon
Homofon adalah
kata-kata yang bunyinya sama, tetapl tulisan (ejaannya) berbeda. Contoh:
Masa lalu wanita itu kurang baik (waktu/tempo).
Pencuri itu dihajar massa (masyarakat).
Masa lalu wanita itu kurang baik (waktu/tempo).
Pencuri itu dihajar massa (masyarakat).
3. Homograf
Homograf
adalah dua kata atau lebih yang ejaan atau tulisannya sama, tetapi artinya
berbeda.
Contoh:
Yuni sedang makan tahu (sejenis makanan).
Ia tidak tahu kalau ayah sedang marah (mengetahui).
Contoh:
Yuni sedang makan tahu (sejenis makanan).
Ia tidak tahu kalau ayah sedang marah (mengetahui).
4. Polisemi
Polisemi
adalah kata yang memiliki banyak makna. Istilah ini menunjukan kemungkinan
adanya satu kata yang memiliki banyak arti. Makna polisemi ini berasal dari
kata yng sama. Contoh:
Kakinya luka sehingga dia tidak bisa berjalan cepat (salah satu bagian anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan).
Anak-anak pramuka itu berkemah di kaki hutan (tepi hutan).
Kakinya luka sehingga dia tidak bisa berjalan cepat (salah satu bagian anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan).
Anak-anak pramuka itu berkemah di kaki hutan (tepi hutan).
3. Struktur Leksikal
Yang dimaksud dengan struktur leksikal adalah bermacam-macam pertalian semantik yang terdapat di dalam kata.
3.1 Polisemi
Seperti terlihat dalam contoh yang lalu, satu kata mungkin mempunyai arti lebih dari satu. Di antara arti-arti itu masih ada hubungan, meskipun hanya sedikit atau hanya bersifat kiasan. Kata angin misalnya dalam arti gramatikal masih dapat dicari hubungannya dengan yang bermakna leksikal. Kata-kata yang dapat memiliki bermacam-macam arti demikianlah yang disebut dengan polisemi. Poli berarti banyak, semi berarti tanda.
Dalam kamus Linguistik Harimurti Kridalaksana, kata polisemi dijelaskan sebagai memiliki makna pemakaian bentuk bahasa seperti kata, frase, dan sebagaina dengan makna yang berbeda-beda. Misalnya:
Sumber, yang berarti: 1) Sumur, 2) Asal, 3) Tempat sesuatu yang banyak;
Kambing hitam, yang berarti: 1) Kambing yang hitam, 2) Orang yang dipersalahkan.
Kata polisemi dalam bahasa Inggris adalah polysemy atau multiple meaning.
Polisemi merupakan perkembangan makna kata. Perubahan makna kata dapat terjadi dalam suatu bahasa atau dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Dalam proses perubahan makna kata, makna asal ada yang masih tetap bertahan di samping makna baru ada pula yang hilang tidak dipergunakan lagi dalam pemakaian bahasa sehari-hari.
3.2 Homonimi
Apabila dalam polisemi kita berbicara mengenai satu kata yang mempunyai beberapa arti, maka dalam homonimi kita memperoleh kenyataan lain bahwa yang menyangkut dua kata atau lebih yang berlainan makna, tetapi mempunyai bentuk yang sama (homograf) atau mempunyai bunyi yang sama (homofon). Dalam polisemi kita hanya berhadapan dengan satu kata saja. Sedangkan dalam homonimi kita berhadapan dengan dua kata atau lebih.
Dalam homonimi seakan-akan kita berhadapan dengan satu kata yang mempunyai beberapa arti, tetapi arti yang satu dengan yang lain tidak mempunyai hubungan sama sekali. Dalam hal ini sebetulnya bukan satu kata melainkan beberapa kata (yang berlainan asal usulna) yang secara kebetulan mempunyai bentuk yang sama.
Contoh kata-kata yang berhomonim:
Bisa, ketoprak, beruang, mengerang, dan sebagainya.
Bisa, berarti: 1) dalam bahasa Jawa berarti sanggup atau dapat, 2) bahasa Melayu yang berarti racun.
Ketoprak, berarti: 1) dari Bahasa Jawa berarti sebangsa sandiwara dengan menari dan menyanyi disertai gamelan, 2) dari bahasa Jakarta berarti nama makanan terdiri dari tahu dan taoge, kecap dan sebagainya.
Beruang, berarti: 1) nama binatang buas, 2) mempunyai ruang (bentuk dasar ruang mendapatkan afiks –ber), 3) mempunyai uang (dari bentuk dasar uang mendapat afiks –ber).
Mengerang, berarti: 1) mengeluh, merintih karena kesakitan (dari kata erang mendapat afiks me-), 2) mencari kerang.
Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani Kuno yakni onoma yang berarti nama dan homos yang berarti sama. Arti harfiahnya sama nama untuk benda lain. Dalam bahasa Indonesia kadang-kadang homonimi masih dapat dibedakan lagi atas homograf dan homofoni (homofon). Semua contoh tersebut adalah homonym yang bersifat homofon. Yaitu kata-kata yang mempunyai bunyi atau ucapan yang sama. Sedangkan kata-kata sedan (1), sedan (2), teras (1), dan teras (2), adalah kata-kata homonym yang bersifat homograf. Yaitu kata-kata yang sama tulisannya.
3.3 Sinonimi
Sinonimi atau lebih dikenal dengan istilah sinonim yaitu kata-kata yang bentuknya berbeda tetapi artinya sama. Kata sinonim berasal dari kata Yunani Kuno onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah artinya adalahnama lain untuk benda yang sama.
Yang dimaksud sama dalam batasan ini tidak bersifat mutlak, sebab dalam pemakaian sehari-hari tidak ada dua kata yang benar-benar sama maknanya. Bahkan yang dikatakan sinonim itu mempunyai makna yang sama sekali berlainan.
Gorys Keraf membuat batasan sinonimi adalah suatu istilah yang dapat ditafsirkan sebagai:
1. Telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki makna yang sama
2. Keadaan di mana dua kata memiliki makna yang sama
Sebaliknya sinonim adalah kata yang memiliki makna yang sama.
Dalam kamus Linguistik Harimurti Kridaklaksana dijelaskan bahwa sinonim yaitu bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain; kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat. Walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja.
Bagaimana sinonim-sinonim itu terjadi?
1. Karena perkembangan sejarah, terutama melalui proses serapan. Pengenalan dengan bahasa asing mengakibatkan masuknya kata-kata baru yang sebenarnya sudah ada padanannya dalam bahasa sehari-hari. Seperti kitab dan buku.
2. Karena masuknya kata-kata daerah atau dialek-dialek yang berbeda. Seperti tali dan tambang, singkong dan ketela.
3. Karena perbedaan gaya atau register. Seperti mati dan meninggal, kuat dan perkasa, bagus dan elok.
4. Makna emotif (nilai rasa) dan evaluatif dapat pula menciptakan sinonim-sinonim. Makna denotatif atau juga disebut makna kognitif, makna ideasional, makna proposisional atau makna denotasional dari kata-kata itu tetap sama seperti: gadis, dara dan perawan. Opas, kuli dan budak. Ekonomis, hemat dan irit.
Di samping itu masih ada sinonim yang bersifat kolokasional yaitu ada kata-kata yang hanya muncul dalam hubungan dengan kata tertentu. Misalnya kata belia bersinonim dengan teruna, remaja dan muda, tetapi kata yang boleh diikutinya dan didahuluinya tidak sama.
3.4 Hiponimi
Antara sebuah kata dengan kata yang lain sering terdapat semacam relasi atas dan bawah, yang dalam ilmu bahasa disebut hiponimi. Karena ada tingkat atas dan bawah, maka kata yang berkedudukan sebagai kelas atas disebut superordinat dan dikelas bawah disebut hiponim. Contohnya bunga mawar, bunga dahlia, bunga kamboja, bunga melati. Mawar, dahlia, kamboja dan melati merupakan hiponim. Sedangkan Bunga adalah superordinatnya.
Dari Kamus Linguistik Harimurti Kridalaksana kita dapat memperoleh kejelasan bahwa hiponimi adalah hubungan dalam semantik antara makna spesifik dan makna generik. Makna generik yaitu unsur leksikal yang maknanya mencakup segolongan unsur.
Misalnya antara kucing, anjing, dan kambing di satu pihak dan hewan di pihak yang lainnya. Kucing, anjing dan kambing disebut hiponim dari hewan; hewan disebut superordinat dari kucing, anjing dan kambing; kucing, anjing dan kambing disebut ko-hiponim.
3.5 Doblet
Ada kata-kata yang benar-benar sama asal usulnya dan dalam perkembangannya lalu ada yang berbeda bentuk maupun artinya. Jikalau sepatah kata timbul dan mempunyai dua varian, kemudian varian itu diberi arti yang berlainan, maka doblet ini bisa timbul.
Misalnya sajak dengan sanjak. Jabat dengan jawat. Negara dengan negeri dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment