A. Fungsi dan Peranan Bahasa
- Pengertian Bahasa
. KBBI : Bahasa
merupakan sistem bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh suatu masyarakat
untuk berkomunikasi, berinteraksi, bekerjasama, dan mengidentifikasi diri.
. Gorys
keraf : Mengemukakan bahwa bahasa merupakan komunikasi antar anggota
masyarakat yang berupa lambang bunyi ujaran dan dihasilkan dari alat ucap
manusia.
. Plato :
Menjelaskan bahwa bahasa pada hakikatnya ialah suatu pernyataan pikiran
seseorang dengan perantaraan nama benda atau sesuatu dan ucapan yang merupakan
cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulutnya.
- Bahasa adalah sistem. Maksudnya bahasa itu tunduk kepada kaidah-kaidah tertentu baik fonetik, fonemik, dan gramatik. Dengan kata lain bahasa itu tidak bebas tetapi terikat kepada kaidah-kaidah tertentu.
- Sistem bahasa itu sukarela (arbitary). Sistem berlaku secara umum, dan bahasa merupakan peraturan yang mendasar. Sebagai contoh: ada beberapa bahasa yang memulai kalimat dengan kata benda seperti Bahasa Inggris, dan ada bahasa yang mengawali kalimatnya dengan kata kerja. Dan seseorang tidak dapat menolak aturan-aturan tersebut baik yang pertama maupun yang kedua. Jadi tidak tunduk kepada satu dialek tertentu.
- Bahasa itu pada dasarnya adalah bunyi, dan manusia sudah menggunakan bahasa lisan sebelum bahasa lisan seperti halnya anak belajar berbicara sebelum belajar menulis. Di dunia banyak orang yang bisa berbahasa lisan, tetapi tidak dapat menuliskannya. Jadi bahasa itu pada dasarnya adalah bahasa lisan (berbicara), adapun menulis adalah bentuk bahasa kedua. Dengan kata lain bahasa itu adalah ucapan dan tulisan itu merupakan lambang bahasa.
- Bahasa itu simbol. Bahasa itu merupakan simbol-simbol tertentu. Misalnya kata ”rumah” menggambarkan hakikat sebuah rumah. Jadi bahasa itu adalah lambang-lambang tertentu. Pendengar atau pembaca meletakkan simbol-simbol atau lambang-lambang tersebut secara proporsional.
2. Aspek Bahasa
Bahasa dapat ditinjau dari tujuh aspek, yaitu:
- Bahasa merupakan sebuah sistem, artinya bahasa susunan kata-kata yang teratur dan jika kehilangan salah satu unsur akan merubah atau merancukan sebuah arti dalam kalimat.
- Bahasa merupakan sistem tanda, artinya sudah ada kesepakatan atau konvensi bahwa sebuah bahasa dapat mewakili suatu hal atau peristiwa yang dipahami bersama dalam satu. contoh: - Kursi adalah sarana tempat duduk bagi manusia.
- Bahasa merupakan sistem bunyi karena dasar dari bahasa adalah bunyi dan tulisan merupakan aspek atau alternatif kedua yang tidak kalah pentingnya.
- Bahasa merupakan konvensi atau kesepakatan dari pengguna suatu bahasa.
- Bahasa itu produktif, artinya bahasa intensitas penggunanya sangat tinggi dan vital.
- Bahasa itu unik setiap bahasa mempunyi sistem yang berbeda dan beragam penamaan dan penggunaannya.
- Bahasa merupakan identitas suatu kelompok sosial yang menggambarkan ciri budaya.
Ada beberapa aspek dalam bahasa yaitu aspek fisik dan
aspek sosial
Aspek Fisik Bahasa : Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa bahasa
merupakan Basaha merupakan suatu bentuk alat komunikasi manusia yangberupa
lambang bunyi melalui alat ucap, dimana setiap suara yang dikeluarkannya
memiliki arti. Maka yang dimaksud aspek fifik bahasa pada dasrnya mencakup tiga
aspek. Pertama, bagaimana bunyi itu dihasilkan (aspek produksi). Kedua,
Bagaimana ciri – ciri bunyi bahasa yang diujarkan (aspek akustis). Ketiga,
bagaimana bunyi bahasa itu dipahami melalui indra pendengaran (aspek persepsi
bunyi bahasa).
Untuk menghasilkan bunyi bahasa yang benar diperlukan
alat bicara yang normal, keterampilan dan kemampuan organ alat bicara dalam
melakukan artikulasi, serta kemampuan mengatur pernapasan. Perubahan proses
produksi bunyi menghasilkan perubahan kualitas bunyi (aspek produksi). Sebagai
akibat proses artikulasi yang berbeda pada bahasa – bahasa di dunia ini, bunyi
– bunyi bahasa yang dihasilkan berbagai bahasa itu pun berbeda (aspek akustis).
Indra pendengaran mampu menangkap dan memahami rangkaian bunyi vokal dan
konsonan yang membentuk sebuah tuturan, cepat lambat tuturan, dan nada tuturan
yang dihasilkan oleh seorang penutur(aspek presepsi bunyi suara).
Aspek Sosial Bahasa : Bahasa mempunyai variasi dan
memiliki ragam. Di dalam lingkungan masyarakat, ada bahasa yang digunakan dan
memperlihatkan ciri keakraban atau keintiman. Bahasa yang ditandai bentuk dan
pilihan kata akrab seperti gue, loe, bete. Berikut termasuk ke dalam ragam
intim. Ragam berikutnya dikenal sebagai ragam konsultatif, yang merupakan ragam
bahasa yang digunakan pada saat guru mengajar di kelas. Cirinya berbeda dengan
ragam formal atau resmi. Ragam lain adalah bahasa yang ditandai ujaran – ujaran
baku dan beku sebagaimana yang terdengar dalam acara ritual dan seremonial.
3. Fungsi Bahasa
Menurut Felicia (2001 : 1), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu
alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun
bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia,
sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia
secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak
terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.
Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis
menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan
pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan
teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih
terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara
terbata-bata atau mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau
bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal,
bahasa bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat
memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana
pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi
bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa,
kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa.
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang
digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk
mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk
mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi
tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3).
Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada
perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi
itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia
persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi.
Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah
bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan
berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan
sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan
iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995).
Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia)
iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam
struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu
sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir
dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar,
menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika
cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena
bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang
digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan
buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia
sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam
masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu menjalankan
fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.
4.1 Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan
kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam
perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk
mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi dengan
lingkungan di sekitarnya. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik
untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi. Seorang penulis
mengekspresikan dirinya melalui tulisannya. Sebenarnya, sebuah karya ilmiah pun
adalah sarana pengungkapan diri seorang ilmuwan untuk menunjukkan kemampuannya
dalam sebuah bidang ilmu tertentu. Jadi, kita dapat menulis untuk mengekspresikan
diri kita atau untuk mencapai tujuan tertentu.
Sebagai contoh lainnya, tulisan kita dalam sebuah buku, merupakan
hasil ekspresi diri kita. Pada saat kita menulis, kita tidak memikirkan siapa
pembaca kita. Kita hanya menuangkan isi hati dan perasaan kita tanpa memikirkan
apakah tulisan itu dipahami orang lain atau tidak. Akan tetapi, pada saat kita
menulis surat kepada orang lain, kita mulai berpikir kepada siapakah surat itu
akan ditujukan. Kita memilih cara berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita
hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada teman kita.
Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si
pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang
menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan
bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi
berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.
Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara
terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya
untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri
antara lain :
- agar
menarik perhatian orang lain terhadap kita,
-
keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi
Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang
sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri (Gorys Keraf, 1997 :4).
4.2 Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi
tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh
orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang
pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang
yang sezaman dengan kita.
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita,
melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan
sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan
dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah
memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin
menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat
orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain.
Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi,
dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian
utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan
kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi,
antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku
untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang
komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh
orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau
luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya,
misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma.
Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih
komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro
akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan,
nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.
Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat
komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri.
Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas
suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat
kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri
sendiri.
4.3 Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula
manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil
bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan
orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara
efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan
tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang
dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan
menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang
setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi
tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5).
Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi
pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi
kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita
gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan
menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan
bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar
pada orang tua atau orang yang kita hormati.
Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga
berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada
situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan
tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur orang
dengan kata Kamu atau Saudara atau Bapak atau Anda? Bagi
orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di dalam lingkungan
pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk
menyapa seorang pejabat. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa asing.
Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa
tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan
menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.
4.4 Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif.
Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada
masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan
melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu
contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.
Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan
bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik
merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara
bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. Iklan layanan
masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa
sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang
memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru,
perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak
dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.
Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang
sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis
merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita.
Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada
akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat
persoalan secara lebih jelas dan tenang.
B. Ragam dan Laras Bahas
- Pengertian Ragam dan Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai
prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah
(karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam
surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam
bahasa resmi.
Menurut Felicia (2001 : 8), ragam bahasa dibagi
berdasarkan :
1. Media
pengantarnya atau sarananya, yang terdiri atas :
a. Ragam
lisan.
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat
menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau
memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang
nonstandar, misalnya dalam percakapan antarteman, di pasar, atau dalam
kesempatan nonformal lainnya.
b. Ragam
tulis.
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun
dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang
standar kita temukan dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar,
poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah
remaja, iklan, atau poster.
Contoh
perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa
dan kosa kata) :
1. Tata
Bahasa
Tata
Bahasa
(Bentuk
kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
|
|
|||
Ragam
Bahasa Lisan
|
Ragam
Bahasa Tulisan
|
|||
- Nia
sedang baca surat kabar
- Ari mau
nulis surat
- Tapi kau
tak boleh nolak lamaran itu.
- Mereka
tinggal di Menteng.
- Jalan
layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
|
- Nia
sedang membaca surat kabar
- Ari mau
menulis surat
- Namun,
engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
- Mereka
bertempat tinggal di Menteng
|
|||
2. Kosa kata
Contoh ragam
lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
Ragam
Lisan
|
Ragam
Tulis
|
- Ariani
bilang kalau kita harus belajar
- Kita
harus bikin karya tulis
- Rasanya
masih terlalu pagi buat saya, Pak
|
- Ariani
mengatakan bahwa kita harus belajar
- Kita
harus membuat karya tulis.
- Rasanya
masih terlalu muda bagi saya, Pak.
|
Laras bahasa adalah kesesuaian antara
bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah, laras
ilmiah populer, laras feature, laras komik, laras sastra, yang masih dapat
dibagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya.
Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap
laras dapat disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk standar, semi
standar, atau nonstandar. Macam-macam laras bahasa adalah laras ilmiah, laras
satra (puisi, cerpen, novel), laras jurnalistik (berita, editorial, iklan,
dll), laras hokum, laras kedokteran, dll.
Contoh penerapan laras
Laras
Bidang
|
SIFAT
|
||
Ilmiah
|
Non Ilmiah
|
||
Hukum
Bisnis
Sastra
Kedokteran
|
Dia dihukum
karena melakukan tindak pidana.
Setiap
agen akan mendapatkan rabat khusus.
Alur cerita sinetron itu sangat
membosankan.
Epilepsi bukan penyakit menular.
|
Dia
dihukum karena melakuakan penipuan dan penggelapan.
Setiap
agen akan mendapat potongan khusus.
Jalan cerita sinetron itu sangat
membosankan.
Ayan bukan penyakit menular.
|
|
2.
Hal-Hal yang Berhubungan dengan Ragam dan Laras Bahasa
Hal yang
berhubungan dengan penutur dapat dibedakan seperti berikut.
- Latar belakang daerah penutur. Ragam bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh latar belakang daerah penuturnya menimbulkan ragam daerah atau dialek. Dialek adalah cara berbahasa Indonesia yang diwarnai oleh karakter bahasa daerah yang masih melekat pada penuturnya. Contoh: Bahasa Indonesia dengan dialek Betawi biasanya menggunakan fonem /e/ untuk melafalkan kata yang berakhir dengan vokal /a/., misalnya apa menjadi ape, di mana menjadi di mane, dan seterusnya. Begitu pula dengan logat Jawa untuk menyebutkan kata berawalan konsonan /b/ akan terdengar bunyi an konsonan /m/, misalnya, Bandung menjadi mBandung, Bogor menjadi mBogor.
- Latar belakang pendidikan penutur. Berdasarkan latar belakang pendidikan penutur, timbul ragam yang berlafal baku dan yang tidak berlafal baku khususnya dalam pengucapan kosakata yang berasal dari unsur serapan asing. Kaum berpendidikan umumnya melafalkan sesuai dengan lafal baku. Namun, untuk yang kurang atau tidak berpendidikan, pelafalan diucapkan tidak tepat atau tidak baku. Contoh pengucapan kata film, foto, fokus, fakultas diucapkan pilm, poto, pokus, pakultas.
- Situasi pemakaian, sikap, dan hubungan sosial penutur. Berdasarkan hal ini, timbul ragam formal, semiformal, dan nonformal. Ragam formal digunakan pada situasi resmi atau formal, seperti di kantor, dalam rapat, seminar, atau acara-acara kenegaraan. Ragam formal menggunakan kosakata baku dan kalimatnya terstruktur lengkap. Ragam formal juga dipakai jika penutur berbicara pada orang yang disegani atau dihormati, misalnya pimpinan perusahaan. Ragam semiformal dan nonformal biasa dipakai pada situasi tidak resmi seperti di warung, di kantin, di pasar, pada situasi santai, dan akrab. Ragam semiformal dan formal dibedakan oleh pemilihan katanya. Ragam formal menggunakan kalimat yang tidak lengkap gramatikalnya dan kosakata yang dipilih cenderung tidak baku, sedangkan ragam nonformal relatif sama dengan ragam informal hanya pilihan katanya lebih luwes atau bebas. Kata-kata daerah atau gaul dapat digunakan sepanjang masing-masing penuturnya memahami dan tak terganggu dengan penggunaan kata tersebut.
Contoh:
1. Kalau
soal itu, saya nggak tau persis. (informal/semiformal)
2. Emangnya
kamu nggak dikasih kupon. (semiformal)
3. Kalau
soal itu, ogut nggak tau deh. (nonformal)
4. Emangnya
situ nggak ngantor, Mas. (nonformal)
- Ruang lingkup pemakaian atau pokok persoalan yang dibicarakan di lingkungan kelompok penutur. Banyak persoalan yang dapat menjadi topik pembicaraan dalam kehidupan sehari-hari. Saat membicarakan topik tertentu, seseorang akan menggunakan kosakata kajian atau khusus yang berhubungan dengan topik pembicaraan tersebut. Ragam bahasa yang digunakan untu membahas suatu bidang akan berbeda dengan bidang lainnya, misalnya pembicaraan yang berhubungan dengan agama tentu menggunakan istilah yang berhubungan dengan agama, begitu pula dengan bidang lainnya, misalnya bidang hukum, kedokteran, dan ekonomi. Masing-masing memiliki ciri khas kata atau ragam bahasa yang digunakan. Termasuk penggunaan ungkapan atau gaya bahasanya. Variasi ini disebut dengan laras bahasa.
Di bawah
ini, beberapa contoh ragam yang merupakan laras
bahasa
Wacana
tentang teknologi komunikasi:
Banyak situs
internet baik di luar maupun di dalam negeri yang menyediakan fasilitas ruang
obrolan (chatting room) ini. Salah satu yang cukup populer di Indonesia
adalah milik detik.com. Agar percakapan aman dari umum, chatter dapat
membuat web pribadi. Pembuatannya dapat gratis melalui fasilitas NBCi.com.
Wacana yang
berhubungan dengan persoalan kesehatan:
Penyakit chikungunya
diakibatkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Virus ini
membuat penderita mengalami demam tinggi selama lima hari. Setelah mengalami
masa inkubasi selama tiga hari hingga dua belas hari, penderita akan jatuh
sakit. Selain demam, penderita juga akan mengalami rasa ngilu pada otot, mual
hingga muntah.
Wacana surat
kabar:
Lima siswa
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bina Taruna, Purwakarta, tewas akibat truk yang
mereka tumpangi terguling di kawasan Waduk Cirata, Kabupaten Purwakarta, Jawa
Barat, Rabu
(9/5)
sekitar pukul 13.30. Para siswa tersebut menumpang truk usai berekreasi ke
Waduk Cirata setelah merampungkan ujian.
Wacana
bergaya sastra:
Grace
mengambil payung dari bawah jok tempat duduk dan beranjak keluar. Dari arah
lapangan, murid-murid dengan baju olahraga enggan berteduh. Pakaian mereka
sudah sangat kuyup, tetapi semangat mereka untuk bermain basket masih menyala
dalam hujan. Beberapa anak yang tidak bermain bersorak–sorai dan bertepuk
tangan sembari menyipratkan air yang berkubang di tanah dengan kaki mereka.
Sumber
Referensi:
No comments:
Post a Comment