Paras Kalijodo di awal tahun 1950-an,
masih menawan. Pada masa itu, konon sempat Kalijodo menjadi tujuan wisata yang
nyaman.
Jauh dari kesan buruk, apalagi dianggap
sebagai sarang prostitusi dan markas berkumpulnya preman. Pada era tahun 50-an pula, Kalijodo
pernah menjadi tempat yang dianggap romantis, layaknya tepi sungai Thames
di
Inggris dan sisi Sungai Seine di Prancis, kata para sejarawan.
Nama Kalijodo muncul, karena banyak muda
mudi yang bertemu di sepanjang sungai, hingga akhirnya berjodoh.
“Dulu disebut peh cun di Kali Angke,
belum Kalijodo. Begitu terkenal, maka dinamailah Kalijodo, karena orang dapat
jodoh di situ,” ungkap Budayawan Betawi Ridwan Saidi seperti dikutip
Kompas.com.
Dalam tradisi China, Peh Cun adalah
tradisi yang diselenggarakan setiap hari 100 penanggalan imlek. Salah satu
tradisi dalam perayaan Peh Cun adalah pesta air. Pesta air itu diikuti oleh
muda-mudi laki-laki dan perempuan yang sama-sama menaiki perahu melintasi Kali
Angke.
Ridwan Saidi mengenang, masa itu setiap
perahu akan berisi tiga sampai empat orang laki-laki atau perempuan. Di perahu
tersebut, si laki-laki akan melihat ke perahu yang berisi perempuan.
Jika laki-laki senang dengan perempuan
yang ada di perahu lainnya ia akan melempar kue yang bernama tiong cu pia. Kue
ini terbuat dari campuran terigu yang di dalamnya ada kacang hijau.
Bagi perempuan yang ditaksir jika ia
senang ia akan melemparkan kue sejenis ke arah laki-laki yang menyukainya. Dari
sinilah kemudian kawasan ini berubah menjadi Kalijodo karena menjadi kawasan untuk
mencari jodoh.
Berbeda dengan saat ini, di masa itu
Kali Angke masih jernih. Itulah mengapa walau tradisi ini dilakukan oleh etnis
Tionghoa, tetapi masyarakat umum tetap memadati Kali Angke untuk melihat
perayaan tersebut.
Tradisi Peh Cun dan Imlek sendiri tidak
lagi dirayakan setelah tahun 1958 setelah pemerintah mengeluarkan aturan
tentang hal tersebut. Aturan tersebut dibuat oleh Wali Kota Jakarta Sudiro yang
menjabat diera 1953-1960. Walikota masa
itu, jabatannya setara dengan gubernur di masa kini.
Kunarso Suro, sudah 48 tahun menetap di
Kalijodo. Ia masih ingat betul, bagaimana Kalijodo ramai dikunjungi warga
Jakarta, yang hendak berwisata.
"Saya datang ke Kalijodo tahun
1968. Tahun 50-an sungainya masih bersih, banyak yang datang ke Kalijodo untuk minum
teh dan bernyanyi. Ada juga lomba balap perahu di Kalijodo," katanya.
"Orang kalau mau nonton harus bayar
tiket masuk. Tapi lama kelamaan makin banyak warung, lalu mulai muncul
prostitusi."
Wajah
Kalijodo mulai berubah di tahun 1970-an, kata si saksi hidup ini. Kalijodo berubah menjadi tempat untuk berjudi dan prostitusi.
Dan aktivitas prostitusi di Kalijodo
semakin marak, setelah pemerintah menutup lokalisasi pelacuran Kramat Tunggak
pada 1999.
Kawasan Kalijodo, Kelurahan
Pejagalan, Jakarta Utara, adalah kawasan pelacuran kumuh yang sudah berdiri
lebih dari setengah abad.
Meski tak setenar Gang Dolly, tempat prostitusi ini adalah yang tertua di Jakarta dan tetap dibiarkan hidup hingga kini. Di sana, ada ratusan bangunan khusus untuk bisnis esek-esek.
Meski tak setenar Gang Dolly, tempat prostitusi ini adalah yang tertua di Jakarta dan tetap dibiarkan hidup hingga kini. Di sana, ada ratusan bangunan khusus untuk bisnis esek-esek.
Kalijodo diapit oleh Kali Angke dan Sungai Banjir
Kanal yang merupakan sungai buatan untuk mengurangi banjir di wilayah Jakarta.
Pada 1950-an, tempat ini masih dikenal sebagai kawasan pinggir kali. Tempat
orang mencari pasangan.
Bahkan sampai abad ke-21, Kalijodo selain menjadi tempat perjudian ilegal, juga sebagai tempat prostitusi liar.
Kawasan ini dikenal sebagai tempat prostitusi murah, tapi bergaya mewah. Para wanitanya pun mendapat gaji per bulan oleh muncikarinya.
Beberapa waktu lalu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membongkar pusat prostitusi yang terletak di antara wilayah Jakarta Barat dan Utara itu.
Bahkan sampai abad ke-21, Kalijodo selain menjadi tempat perjudian ilegal, juga sebagai tempat prostitusi liar.
Kawasan ini dikenal sebagai tempat prostitusi murah, tapi bergaya mewah. Para wanitanya pun mendapat gaji per bulan oleh muncikarinya.
Beberapa waktu lalu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membongkar pusat prostitusi yang terletak di antara wilayah Jakarta Barat dan Utara itu.
Referensi:
No comments:
Post a Comment